AsMEN Gelar Dialog Mitigasi Gempa Megathrust Bersama FPRB Kota Bekasi

Avatar

 

Mitranews.co.id , Kota Bekasi-AsMEN, Kota Bekasi : Forum Asistensi Media Nasional (AsMEN) mengadakan dialog interaktif mitigasi bencana, Jum’at (20/09/2024). Acara yang berlangsung di studio AsMEN ini membahas topik penting mengenai pengurangan resikonya bencana megatrust dan langkah-langkah pencegahan yang perlu diambil oleh pemerintah maupun masyarakat.

 

Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kota Bekasi, H. Abd. Haris, S.Sos., M.Si., didampingi Karsono, hadir sebagai narasumber dalam dialog ini.

 

Dalam penjelasannya, Abdul Haris menegaskan bahwa informasi bersumber dari BMKG mengenai potensi gempa megathrust yang beredar belakangan ini menjadi isu nasional maupun internasional dan menjadi perhatian khusus bagi kita semua mengenai terjadinya gempa dalam waktu dekat.

 

Ia menjelaskan bahwa gempa bumi, pada dasarnya, adalah bencana yang tidak dapat diprediksi secara tepat kapan akan terjadi, bicara prediksi, belum pasti tetapi ada.

 

Abdul Haris menambahkan bahwa wilayah Indonesia, yaitu Selat Sunda, Mentawai Siberut, termasuk Jawa Barat perkiraan potensi megathrust.

 

Untuk diketahui, megathrust merujuk pada jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tapi relatif dangkal. Kata ‘mega’ berarti ‘besar’ dan ‘thrust’ berarti ‘dorongan’. Zona megathrust mengacu pada sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal,” kata Abdul Haris.

Baca Juga: 

 

Untuk menghadapi ancaman bencana gempa bumi dan tsunami, BPBD Kota Bekasi telah mengambil berbagai langkah antisipatif. Di antaranya adalah menyiapkan sistem monitoring, pemrosesan, dan penyebaran informasi gempa yang cepat dan akurat.

 

“Selain itu, juga rutin melaksanakan edukasi kepada masyarakat melalui kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG. Upaya-upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana dan mengurangi risiko dampak yang mungkin terjadi,” ungkap Abdul Haris.

 

Saat disinggung selain BMKG, apakah? Instansi lain seperti Diskominfotik, peran media seperti dialog ini melalui AsMEN, Abdul Haris menanggapinya, sangat perlu dan penting sekali dan diharapkan masyarakat mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai mitigasi bencana gempa megathrust dan langkah-langkah preventif yang dapat diambil untuk melindungi diri dan lingkungan dari potensi bencana,” terangnya.

 

Bagaimana? dengan kelengkapan alat, sarana dan prasarana lainnya untuk penanggulan dan pengurangan resiko bencana khusus di Kota Bekasi, ia menjawab Ketersediaan sarana dan prasarana yang selalu siap digunakan setiap saat menjadi hal penting dalam mendukung kegiatan penanganan bencana. Perawatan dan pengecekan secara rutin menjadi agenda wajib untuk menjaga peralatan tetap optimal saat digunakan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung menjadi perhatian kita semua, dimulai dari Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota,” jelas Abdul Haris.

Baca Juga:  Konferensi Pers : BAKUM MAKN Kembali Menangkan Gugatan Terhadap KODAM JAYA

 

Disisi lain, terkait dengan anggaran, ia mengatakan ancaman bencana akan selalu ada, kejadian bencana yang tinggi setiap tahun di Indonesia memerlukan kesiagaan dalam segala bentuk, termasuk kesiapan pendanaan. Pendanaan penanggulangan bencana dapat bersumber dari APBN dan APBD,” papar Abdul Haris.

 

Abdul Haris berharap dari sisi mitigasi, pemerintah pusat, daerah dan pihak berwenang lebih memperhatikan potensi terjadinya megatrust, ini menjadi tantangan pemimpin yang akan datang harus teruji dan betul-betul memahami tentang megatrust ini.

 

“Potensi itu pasti terjadi, persoalannya kita tidak tahu kapan dan seberapa besar. Maka (perlu) memperkirakan dari mana saja kawasan bencana gempa yang dikeluarkan BMKG, artinya edukasi, sosialisasi seberapa besar masyarakat menghadapi bencana ity,” pungkas Abdul Haris.

Baca Juga:  Yazid Salurkan Daging Qurban Kepada 175 Yatim dan Dhuafa

 

Sementara itu, Karsono menambahkan potensi gempa megathrust bisa terjadi di mana saja di seluruh dunia. Namun, waktu terjadinya gempa tidak bisa diprediksi secara pasti.

 

Untuk itu, masyarakat diharapkan memahami penyelamatan diri dengan istilah 20, 20, dan 20, di 20 detik pertama terjadinya gempa besar sebelum bangunan roboh.

 

“Gempa itu paling berbahaya 20 detik pertama. Jika bangunan itu disesuaikan dengan peta bencana, minimal bangunan itu bertahan lebih dari 20 detik, jadi kita bisa menyelamatkan diri,” jelasnya.

 

Lanjut, ia menjelaskan antisipasinya terhadap megatrust, seperti kita mencari tempat berlindung yang aman:

di bawah meja, kursi atau tempat dan bangunan kokoh lainnya, hindari gedung, pohon dan bangunan kaca,” tandas Karsono.(***)