Ketum SNKB, Bram Azhar: Waspadai upaya-upaya provokasi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan

Redaksi

MitraNews, Jakarta – Ormas Solidaritas Nasional Kebhinnekaan Bersatu (SNKB) melakukan tabbayun ke Ponpes Alzaytun di momentum 1 Syuro 1445 H.

SNKB merupakan ormas yang terdaftar secara resmi di pemerintahan. SK. Kementerian Hukum dan HAM Nomor AHU: 0002786.AH.01.07.Tahun 2021 yang dipimpin oleh Panglima Ustad Bram Azhar.

Ketua umum Panglima SNKB, ustad Bram Azhar mengatakan Ponpes Alzaytun itu adalah aset yang berharga. Mestinya Alzaytun jangan diganggu atau ditutup, bisa saja di adopsi sistemnya kedalam pendidikan secara umum.

“Tuduhan yang di lontarkan di Zaytun Panji Gumilang adalah NII itu tidak benar. Justru, bagaimana orang dituduhkan NII punya pemikiran yang sangat terbuka dan progresif,” ucap ustad Bram, Sabtu 22 Juli 2023.

Baca Juga:  Gandeng KPU dan Bawaslu, Pj. Gubernur Teguh Persiapkan Kelancaran Pilkada DKI Jakarta

Bram menambahkan, lembaga pendidikan Ponpes Alzaytun memiliki motto yang sangat luar biasa “Pusat Pendidikan Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian Menuju Masyarakat Sehat, Cerdas, dan Manusiawi sebagai tujuan pendidikan.

“Ponpes Alzaytun mendorong menciptakan toleransi kehidupan yang tentram, aman dan damai bahkan terlembaga didalam suatu pendidikan,” kata panglima Bram.

Masih kata Bram, SNKB harus mewaspadai upaya-upaya provokasi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan.

Hal ini dapat melalui pidato menebar kebencian, dakwah yang merendahkan keyakinan agama lain,” tuturnya.

Baca Juga:  Ketum DPP AWPI Resmi Tunjuk Abdul Haris Pj Ketua DPD AWPI Provinsi DKI Jakarta, Bentuk Panitia Musdalub

“SNKB harus berkomitmen untuk menjaga dialog yang damai dan menyelesaikan perbedaan pendapat melalui cara-cara konstruktif dan Hukum,” sambungnya.

Kemudian Ketum SNKB menegaskan bahwa fenomena ulama, habib, ustad yang tidak menghargai dan karakter bangsa Indonesia juga perlu menjadi perhatian Ormas Solidaritas Nasional Kebhinnekaan Bersatu,” tegasnya.

Dalam menghadapi hal ini SNKB perlu mengedepankan pendekatan yang berlandaskan dialog dan edukasi mari kita memahami dan saling menghormati tanpa menyalahkan seluruh kelompok atau tindakan individu yang tidak tepat,” tandasnya.

(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *